Seperti Senja di Rectoverso, dia pamit dengan sepotong kue sebagai salam pergantian kepada malam. Dia pamit dengan keterikatan antara singkronisasi tanpa kebetulan, dengan edaran, juga perputaran keterkaitan untuk melambangkan perbedaan.
Senja di Rectoverso, dia melambangkan filosofi awan, selalu berubah mengikuti lengkung alam dan luruh sebagai rintik hujan yang jatuh ke sungai, lalu mengalir ke laut, menguap ke langit hingga kembali kepada awan tanpa pertanyaan dari awan dan hujan mengapa harus demikian karena semua adalah isyarat dari sebuah perbedaan.
Senja di Rectoverso, dia juga bercerita di bawah kelamnya altar Tuhan juga deburan ombak dipekat malam tentang bola mata cokelat muda juga punggung yang tak bisa digapai bahkan dicium aromanya.
0 comments: