DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(Februari 1943)
Budaya,
Th III, No. 8
Agustus 1954
Oleh : Chairil Anwar
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(Februari 1943)
Budaya,
Th III, No. 8
Agustus 1954
Oleh : Chairil Anwar
Contoh puisi Naratif :
Salah satu contohnya adalah Balada Terbunuhnya Atmo Karpo karya W.S. Rendra.
Balada Terbunuhnya Atmo Karpo
Balada
Terbunuhnya Atmo Karpo
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya
di pucuk-pucuk para
mengepit kuat-kuat lutut penungang perampok
yang diburu
surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan tu
dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri.
Satu demi satu yang maju tersadap darahnya
penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka
- Nyawamu baran pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo masih tegak, luka tujuh liang
- Joko Pandan! Di mana ia?
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Bedah perutnya tapi masih setan ia!
menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala
- Joko Pandan! Di mana ia?
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
ridla dada bagi derunya dendam yang tiba
Pada langkah pertama keduanya sama baja
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
pesta bulan, sorak-sorai, anggur darah.
Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapanya.
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya
di pucuk-pucuk para
mengepit kuat-kuat lutut penungang perampok
yang diburu
surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan tu
dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri.
Satu demi satu yang maju tersadap darahnya
penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka
- Nyawamu baran pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo masih tegak, luka tujuh liang
- Joko Pandan! Di mana ia?
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Bedah perutnya tapi masih setan ia!
menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala
- Joko Pandan! Di mana ia?
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
ridla dada bagi derunya dendam yang tiba
Pada langkah pertama keduanya sama baja
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
pesta bulan, sorak-sorai, anggur darah.
Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapanya.
Karya : Moh. Yamin
Contoh puisi Lirik :
Aku
“Aku” Chairil Anwar Jr
Aku Pria Jalang
Dari Kumpulannya Yang Terbuang
Aku Kecantol Wanita Jalang
Demi Tubuhnya Kuhambur Uang
Gejolak Hasrat Nafsu Berpetualang
Membuat Masakan Di Rumah Terasa Kurang
Aku Anak Manusia, Aku Anak Malang
Affairku Akhirnya Tercium Orang
Karir Sukses Agency Akhirnya Hilang
Karena Ada Kelemahanku Yang Bisa
Diserang
Semuanya Hancur Gara-gara Selembar
Kutang
Kepada Siapa Aku Pantas Berang?
Semua Kesalahan Kulimpahkan Kepada Si
Jalang
Tetapi Sebenarnya Godaan Si Wanita
Jalang
Takkan Mempan Kalau Akunya Sendiri
Tidak Jalang!
Kesadaran Selalu Datang Menjelang
Petang
Kini Yang Ku-punya Tinggal Tulang
Tapi Sebelum Aku Berpulang
Aku Ingin Berpesan Kepada Sesama Hidung
Belang !
Kiamat segera datang…….!!!!
Tobatlah mulai sekarang……
Karya : Chairil Anwar
Contoh puisi Dramatik
:
Tamu
Lelaki yang mengetuk pintu pagi hari
sudah duduk di ruang tamu. Aku baru
bangun. Tapi rupanya ia tidak
merasa tersinggung waktu aku belum
mandi dan menemui dia. Rambutku masih
kusut dan pakaianku hanya baju kumal
dan sarung lusuh.
“Aku mau menjemput,” katanya pasti,
seolah-olah aku sudah berjanji sebelumnya
dan tahu apa rencananya.
“Bukankah ini terlalu pagi?” tanyaku ragu.
“Dia sudah menunggu!” Ia nampak tak sabar
dan tak senang dibantah. Aku belum tahu
siapa yang ia maksudkan dengan “dia”,
tetapi sudah bisa kuduga siapa.
“Tetapi aku perlu waktu untuk berpisah
dengan keluarga. Terlalu kejam untuk
meninggalkan mereka begitu saja. Mereka
akan mencari.”
Nampaknya tamu itu begitu angkuh seperti
tak mau dikecilkan arti. Siapa dapat lolos
dari tuntutannya.
Sebelum aku sempat berbenah diri ia telah
menyeret aku ke kendaraannya dan aku dibawanya
lari entah ke mana. ke sorga atau ke neraka?”
Karya : W.S Rendra
Contoh
puisi Didaktik :
Doa Sebelum Tidur
Doa Sebelum Tidur
Maafkan saya, Tuhan
baru kali ini sempat mengingat-Mu
Maafkan saya, Tuhan
mungkin besok aku lupa lagi
Aku akan tidur
mungkin beberapa jam saja
kini terserah pada-Mu
nasibku terlena dipangkuan-Mu
Aku tak biasa
berdoa panjang-panjang
Hanya kuminta
tolong damaikan dunia
selama aku lelap tidur dan terlupa
Aku tahu engkau tak kan tidur
dan tak kunjung lupa
Oleh karena itu
sebelum tidur kuminta pada-Mu
apa saja yang baik
untukku
dan untuk siapa saja
(Ah, barangkali Kau tertawa
Tapi betapa pun
maafkan daku).
baru kali ini sempat mengingat-Mu
Maafkan saya, Tuhan
mungkin besok aku lupa lagi
Aku akan tidur
mungkin beberapa jam saja
kini terserah pada-Mu
nasibku terlena dipangkuan-Mu
Aku tak biasa
berdoa panjang-panjang
Hanya kuminta
tolong damaikan dunia
selama aku lelap tidur dan terlupa
Aku tahu engkau tak kan tidur
dan tak kunjung lupa
Oleh karena itu
sebelum tidur kuminta pada-Mu
apa saja yang baik
untukku
dan untuk siapa saja
(Ah, barangkali Kau tertawa
Tapi betapa pun
maafkan daku).
Karya : Budiman
S.Hartojo
Contoh puisi Satirik
:
Bumi
Kepada bumi ku ceritakan semuanya
Tentang rasa asa gelisa dan duka
Tentang rasa asa gelisa dan duka
Bumi dengan rasa empati dan
Tanpa lelah mendengar semua keluh kesah
Yang selalu terlontar setiap batin gundah
Tanpa lelah mendengar semua keluh kesah
Yang selalu terlontar setiap batin gundah
Bumi tetap diam tanpa keluh
Ketika ku hentakan kemarahan
yang menyiksa setiap raga mu
Ketika ku hentakan kemarahan
yang menyiksa setiap raga mu
Bahkan tumpahan air mata pun
Kau terima dengan iklas
kau memberikan keteduhan dengan melindungi
Dibawah rindangnya pohon
kicau burung kau dendangkan agar ku tersenyum
Kau terima dengan iklas
kau memberikan keteduhan dengan melindungi
Dibawah rindangnya pohon
kicau burung kau dendangkan agar ku tersenyum
Kau tak memilih
Siapa yang boleh menyentuh dan bercerita
Kau tak melarang siapa yang mendekat
Siapa yang boleh menyentuh dan bercerita
Kau tak melarang siapa yang mendekat
Bumi
Terus kau hanya menerimanya
Dengan senyum
Terus kau hanya menerimanya
Dengan senyum
Kau tetap temani ku
Dalam rimbunan kehangatan
Dalam rimbunan kehangatan
Karya : Toeti Herawati
Contoh puisi Romance
:
Hanya
Satu
Timbul niat dalam kalbumu.
Terbang hujan, ungkai badai
Terendam karam
Runtuh ripuk tamanmu rampak
Manusia kecil lintang pukang
Lari terbang jatuh duduk
Air naik tetap terus
Tumbang bungkar pokok purba
Terika riuh redam terbelam
Dalam gagap gempita guruh
Kilau kilat membelah gelap
Lidah api menjulang tinggi
Terapung naik Jung bertudung
Tempat berteduh nuh kekasihmu
Bebas lepas lelang lapang
Di tengah gelisah, swara sentosa
Bersemayam sempana di jemala gembala
Juriat julita bapaku iberahim
Keturunan intan dua cahaya
Pancaran putera berlainan bunda
Kini kami bertikai pangkai
Di antara dua, mana mutiara
Jauhari ahli lalai menilai
Lengah langsung melewat abad
Aduh kekasihku
padaku semua tiada berguna
Hanya satu kutunggu hasrat
Merasa dikau dekat rapat
Serpa musa di puncak tursina.
Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten
Karya : Amir Hamzah
Cintaku jauh di pulauCintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.
Karya : Chairil Anwar 1946
Contoh puisi Elegi :
HANYUT AKU
Hanyut aku, kekasihku!
Hanyut aku!
Ulurkan tanganmu, tolong aku.
Sunyinya sekelilingku!
Tiada suara kasihan, tiada angin mendingin hati,
tiada air menolak ngelak.
Dahagaku kasihmu, hauskan bisikmu, mati aku
sebabkan diammu.
Langit menyerkap, air berlepas tangan, aku tenggelam.
Tenggelam dalam malam.
air diatas mendidih keras.
Bumi dibawah menolak keatas.
Mati aku, kekasihku, mati aku!
Hanyut aku, kekasihku!
Hanyut aku!
Ulurkan tanganmu, tolong aku.
Sunyinya sekelilingku!
Tiada suara kasihan, tiada angin mendingin hati,
tiada air menolak ngelak.
Dahagaku kasihmu, hauskan bisikmu, mati aku
sebabkan diammu.
Langit menyerkap, air berlepas tangan, aku tenggelam.
Tenggelam dalam malam.
air diatas mendidih keras.
Bumi dibawah menolak keatas.
Mati aku, kekasihku, mati aku!
Karya : Amir Hamzah
Contoh puisi Ode :
Teratai
Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai;
Tersembunyi kembang indah permai,
Tidak terlihat orang yang lalu.
Akarnya tumbuh di hati dunia,
Daun berseri Laksmi mengarang
Biarpun ia diabaikan orang,
Seroja kembang gemilang mulia.
Teruslah, O Teratai Bahagia
Berseri di kebun Indonesia,
Biar sedikit penjaga taman.
Biarpun engkau tidak dilihat,
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkau turut menjaga Zaman
Karya
: Sanusi Pane
Contoh puisi Hymne :
Padamu Jua
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Punya rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menusuk ingin
Serupa dara di balik tirai
Karya : Amir Hamzah
Bulan
Ramadhan
Tahun berganti tahun
Bulan berganti bulan
Hari berganti hari
Begitulah kehidupan
Bulan semakin mendekat
Hari semakin mendekap
Menuju hari yang penuh berkah
Hari mulia bagi umat islam
Senja mulai menghilanng
Malam mulai menyingsing
Surau mulai menyanyikan senandungnya
Tibalah bulan muslim
Bergema senandung pencipta
Tadarus di nyanyikan
Terdengar teriakan manusia
Tanda waktu sahur tiba
Petang mulai lenyap
Maghrib tergesa datang
Beduk berkumandang
Waktu berbuka di lakukan
Hari semakin larut
Waktu semakin mengikut
Detik semakin tertinggal
Kemenangan sudah di hadapan
Maghrib berkumandang
Ramadhan telah berakhir
Takbir Bergema
Rabana bersahut-sahutan
Pagi yang berembun
Hari yang rindang
Hari yang suci
Hari kemenangan
Kemenangan tlah tiba
Rasa syukur ntuk Sang Pencipta
Bergembiralah umat islam
Maaf dan salah di ucapkan
Karya
:
Syarifah
Chaira Zulfa
0 comments: