Sajak Puisi Balada Bahasa Indonesia
1.
PAGI
jangan biarkan sekuntum bunga itu
layu sebelum matahari membelainya
dengan menggemakan semburat jingga
ultra dalam irama nuansa cinta-semesta
layu sebelum matahari membelainya
dengan menggemakan semburat jingga
ultra dalam irama nuansa cinta-semesta
lihatlah
bagaimana alam begitu perkasa
memainkan peran-Nya
dalam rindu-dendam yang terbungkus
kasih sayang memberi semburat
makna seribu pesona
memainkan peran-Nya
dalam rindu-dendam yang terbungkus
kasih sayang memberi semburat
makna seribu pesona
2.
HUJAN
Hujan selalu mengirimkan cerita lewat pintu rumah
menyusup ke kamar sepi ini
seperti huruf-huruf yang berjejer di dinding kusam
aku memungutnya menjadi cerita usang
Ah, begitulah hari semakin gegas berlari saja
meninggalkan lembar demi lembar cerita kemarin
di sini aku mengupas episode lampau itu
tentang orang yang jauh
tentang orang tercinta
“Aku rindu masa lalu itu, adakah musim waktu yang bisa
membawaku kembali ke sana?”
menyusup ke kamar sepi ini
seperti huruf-huruf yang berjejer di dinding kusam
aku memungutnya menjadi cerita usang
Ah, begitulah hari semakin gegas berlari saja
meninggalkan lembar demi lembar cerita kemarin
di sini aku mengupas episode lampau itu
tentang orang yang jauh
tentang orang tercinta
“Aku rindu masa lalu itu, adakah musim waktu yang bisa
membawaku kembali ke sana?”
3. DALAM
DOA KU
pada
suatu hari nanti
di hamparan sajadah
ragaku terkapar jiwaku melayang
suaraku kian senyap menggema
dzikir yang bersitahankan
rasa gejolak yang entah batasnya
namun aku terfakur dalam kemasyukan
cinta yang tak’kan pernah selesai
dengan kalimat AMIN
di hamparan sajadah
ragaku terkapar jiwaku melayang
suaraku kian senyap menggema
dzikir yang bersitahankan
rasa gejolak yang entah batasnya
namun aku terfakur dalam kemasyukan
cinta yang tak’kan pernah selesai
dengan kalimat AMIN
4.
LAGU
KEMATIAN
mati bagiku hanyalah istilah
sementara esensinya sama saja
karna hidup dan mati tiada beda
yang beda mampu tidak kita
memaknai hidup dalam mati
dan mati dalam hidup
sementara esensinya sama saja
karna hidup dan mati tiada beda
yang beda mampu tidak kita
memaknai hidup dalam mati
dan mati dalam hidup
sebab :
manusia terlalu sibuk
mempeributkan simbol
ketuhanan tanpa merengkuh
sejatinya makna Tuhan
manusia terlalu sibuk
mempeributkan simbol
ketuhanan tanpa merengkuh
sejatinya makna Tuhan
5.
KUMBANG
Kumbang adalah sebuah
kejahatan
pabila seekor kumbang menghalangi bunga-bunga
tuk menjalani proses penikmatan cahya
mentari pagi kerena hidup akan menentukan
sendiri jalan yang akan ditempuhnya
pabila seekor kumbang menghalangi bunga-bunga
tuk menjalani proses penikmatan cahya
mentari pagi kerena hidup akan menentukan
sendiri jalan yang akan ditempuhnya
terkadang hidup terkesan kejam
namun itu sifat yang teramat natural
untuk mempertahankan agar hidup
tetap bernama hidup
dan kumbang-pun tetap setia
menanti bunga-Nya
sebab kumbang yakin bunga-Nya
akan selalu hidup karna
mekar semerbak itu milik-Nya
6. GERHANA
sunyi itu…..
menerkam
setelah kering sudah
terlalu kerontang
adakah “telat”,
harus dimaknai….?
dalam rentang waktu?
kalau-pun….
lalu apa ?
manusia itu lemah tak pernah
benar-benar mengerti
menerkam
setelah kering sudah
terlalu kerontang
adakah “telat”,
harus dimaknai….?
dalam rentang waktu?
kalau-pun….
lalu apa ?
manusia itu lemah tak pernah
benar-benar mengerti
7. PERCAKAPAN AIR MATA
satu-persatu penduduk
menangis
tersendat dengan kata yang terucap
hanyalah duka airmata
tersendat dengan kata yang terucap
hanyalah duka airmata
‘’Kapan pula derita ini
mula?’’ katanya
‘’Mengapa pula harus kami yang disiksa?’’ jeritnya
‘’Mengapa pula harus kami yang disiksa?’’ jeritnya
perlahan benjolan tumbuh
di kepala
dan di sukujur tubuh kami
‘’Inikah kutukan yang harus kami terima?’’
dan di sukujur tubuh kami
‘’Inikah kutukan yang harus kami terima?’’
kami tak pernah bisa makan
dengan tenang karena
ikan pergi meninggalkan karang
kalaupun ada ikan di dalam karang
pastilah ia sudah mati terpanggang raksa – Jepang
haruskan minamata terulang
dalam hitungan jaman
kembali kami terdiam hanya
airmata
yang terus bercerita tentang derita kami
di pulau seberang
yang terus bercerita tentang derita kami
di pulau seberang
8.
ARTI HIDUP
Hidup adalah perjuangan
Berani menghadapi tantangan
Hidup adalah perjuangan
Bertahan dikala datang cobaan
Hidup adalah perjuangan
Maka berjuanglahh untuk hidup
Hidup adalah perjuangan
Berani menghadapi tantangan
Hidup adalah perjuangan
Bertahan dikala datang cobaan
Hidup adalah perjuangan
Maka berjuanglahh untuk hidup
9. JANGAN PERNAH MENYERAH
Berwarna-warni indah
bagai pelangi
Damai rasanya bagai
mawar sedang mekar
Hari cerah takkan
terulang
Tak akan sering pula
terjadi
Bagai
mimpi menjadi nyata
Bagai
khayalan menjadi satu fakta
Kini,aku
merasa hari ini milikmu
Apa yang
kau impikan menjadi kenyataan
Ketika kau mencoba
menikmati ini semua
Berharap
mimpi-mimpi selanjutnya bisa kau raih
Tapi ini tidak..
Sebuah batu besar
menghadrangmu didepan sana
Segala usaha telah
kau lakukan
Bagai
memasang pagar baja agar tak kemana-mana
Bagai
wajahmu kau beri topeng agar tidak ada yang bisa menghalangimu mempertahankannya
Tapi ternyata kau tak bisa
Mimpi itu hilang
Bintang yang akan kau
raih sudah redup
Kerbau yang ada
didalam kandang itupun pergi
Mawar yang ingin kau
petik pun sudah layu
Tapi berakit-rakit
dahulu,berenang-renang ketepian
Bersakit-sakit dahulu,bersenang-senang
kemudian
Jangan pernah kau menyerah
Sebelum mimpi itu berserah kepadamu
10. MENGGALIR ADANYA
terkadang
aku takmampu meanugrahi
cinta kasih
hati yang sepadan dengan
kehormatannya sesuai dengan keikhlasan
dan kebaikannya padaku
aku takmampu meanugrahi
cinta kasih
hati yang sepadan dengan
kehormatannya sesuai dengan keikhlasan
dan kebaikannya padaku
padahal kebahagiaan
seorang perempuan
justru terletak pada ketulusan
kasih hati sang suami
namun terkadang aku
takmampu
aku sudah berusaha
mempelajarinya
tapi cinta bukanlah pelajaran
karna cinta adalah kekuasaan
yang menciptakan
hati kita dan hati kita
tak mampu menciptakan
cinta maka biarkan
mengalir apa adanya
11. NOKTAH
Dalam kasih
sayangku
Kepergian ataupun kematian itu menjadi muara
Menjadi lorong lurus tak berujung
hampa
Kepergian ataupun kematian itu menjadi muara
Menjadi lorong lurus tak berujung
hampa
Dalam kasih sayang kita
Kubaca perih (ke mana)
(Bagaimana) luka kau tutur
Airmata
Kubaca perih (ke mana)
(Bagaimana) luka kau tutur
Airmata
Dalam kasih sayang
Hanya hampa
Hanya airmata
Luka setia
Hanya hampa
Hanya airmata
Luka setia
12. CAMPUHAN RIVER
Apakah yang bisa kubanggakan darimu
Harga diri yang tergadai
Atau hati yang kosong
Kemolekan dan aroma tubuhmu yang instan
Yang kita poles sekejap di SPA berbau aroma birahi itu?
Aku tak berharap jauh-jauh
Seperti juga kisah setahun itu
Bunga layu di jambangan
Angin berlalu di sela rerantingan
Kegamangan
Apakah yang bisa kubanggakan darimu
Selain kenikmatan sekilas
Dan luka diri?
Harga diri yang tergadai
Atau hati yang kosong
Kemolekan dan aroma tubuhmu yang instan
Yang kita poles sekejap di SPA berbau aroma birahi itu?
Aku tak berharap jauh-jauh
Seperti juga kisah setahun itu
Bunga layu di jambangan
Angin berlalu di sela rerantingan
Kegamangan
Apakah yang bisa kubanggakan darimu
Selain kenikmatan sekilas
Dan luka diri?
13. LANGKAP DI PANTAI SORE
Di sini tak ada kelepak elang menyinggung muram
atau laki-laki yang menapaki pantai dengan wajah tertekuk
di sini pecah oleh keceriaan
seperti tangan kita yang saling berdekapan
merengkuh cinta sampai ke titik penghabisan
dan anak-anak berlarian mengejar bola
nelayan melemparkan jala dengan pesona
atau laki-laki yang menapaki pantai dengan wajah tertekuk
di sini pecah oleh keceriaan
seperti tangan kita yang saling berdekapan
merengkuh cinta sampai ke titik penghabisan
dan anak-anak berlarian mengejar bola
nelayan melemparkan jala dengan pesona
Di sini kita membunuh lelah
oleh hidup yang merucut
oleh kasih yang pergi jauh tak berkabar
di sini, mari kita rengkuh kebahagian itu.
Karena menunggu yang engkau tangkap
Aku mendengar suara camar
Nyanyikan irama pantai
Wahai nelayan penakluk lautan
Aku menanti tangkapanmu besok di pasar
Dan berharap ikanmu segar
oleh hidup yang merucut
oleh kasih yang pergi jauh tak berkabar
di sini, mari kita rengkuh kebahagian itu.
Karena menunggu yang engkau tangkap
Aku mendengar suara camar
Nyanyikan irama pantai
Wahai nelayan penakluk lautan
Aku menanti tangkapanmu besok di pasar
Dan berharap ikanmu segar
14.
SEJAK ULANG TAHUN
bahkan seluruh apa yang
hidup di bumi
mengucapkan salam sejahtera
dengarkan debur ombak dalam dada-Nya
adalah nyanyian surgawi
inilah hari dimana segalanya mekar semerbak
bersama mereguk sari madu kehidupan
yang telah Allah sediakan se-mesjid
mengucapkan salam sejahtera
dengarkan debur ombak dalam dada-Nya
adalah nyanyian surgawi
inilah hari dimana segalanya mekar semerbak
bersama mereguk sari madu kehidupan
yang telah Allah sediakan se-mesjid
15.
EMBUN
titik embun jatuh dalam
dekapan
fajar takkala smua masih terlena
lihatlah, bagaimana rerumputan yang senantiasa
menyambut-genggam panggilan- nya
dalam cinta dan kerinduan dalam cita dan asa
yang menjingga
fajar takkala smua masih terlena
lihatlah, bagaimana rerumputan yang senantiasa
menyambut-genggam panggilan- nya
dalam cinta dan kerinduan dalam cita dan asa
yang menjingga
bagi kami embun adalah
anugerah
yang menjadikan kami tabah menjalani hari
bagi kami embun adalah pesona
dalam cinta yang mendamba
embun telah membuat kami tabah
embun juga yang telah mengajari kami
tentang arti kesetiaan cinta
yang menjadikan kami tabah menjalani hari
bagi kami embun adalah pesona
dalam cinta yang mendamba
embun telah membuat kami tabah
embun juga yang telah mengajari kami
tentang arti kesetiaan cinta
16.
ASA ISMANI
rembulan dinihari terkapar
di sudut malam menjelang
ismani yang menyeruak
di sudut malam menjelang
ismani yang menyeruak
desahan berat nafas
yang tertahan
mengapung bersama
jiwa menganga
asa menggapai rasa
dalam dekap kasih
ibunda…..
yang tertahan
mengapung bersama
jiwa menganga
asa menggapai rasa
dalam dekap kasih
ibunda…..
17.
TETIRAH
di saat bayang-bayang
mencapai
ujungnya perlahan ia
menghilang kerna ditelan
panjangnya.
itulah pertanda bahwa bulan
siap dengan masa-nya
yang sampurna
ujungnya perlahan ia
menghilang kerna ditelan
panjangnya.
itulah pertanda bahwa bulan
siap dengan masa-nya
yang sampurna
memancarkan pantulan cahya
sang surya dengan anggun-nya
menyajikan suasana khidmat
penuh makna; menampilkan
pesona-cinta Yang Maha
Sempurna dalam satu alunan
irama debur ombak di samudra
yang mengiringi segenap makhluk
‘tuk tetirah bermunajat pada
Sang Pencipta
sang surya dengan anggun-nya
menyajikan suasana khidmat
penuh makna; menampilkan
pesona-cinta Yang Maha
Sempurna dalam satu alunan
irama debur ombak di samudra
yang mengiringi segenap makhluk
‘tuk tetirah bermunajat pada
Sang Pencipta
18. BELENGGU
matahari yang telah
terpancar semenjak pertama kali dunia tercipta
tak ‘kan pernah tenggelam untuk selamanya sampai akhir nanti
Ia selalu setia ‘tuk memberikan cahya-Nya bagi semua kehidupan.
kehidupan slalu mendambakan-Nya karena ia adalah harapan
ia tidak pernah pilih kasih ia selalu hadir bagi yang membutuhkannya
bahkan dalam kegelapan, ia masih membagi cahya-Nya pada rembulan
agar bisa memberikan kedamaian bagi siapa saja yang melihat-Nya
dan bulanpun tak segan menampakkan kesempurnaan-Nya
bagi yang mendamba kasih dan cinta yang mulia
kasih…..
tak ‘kan pernah tenggelam untuk selamanya sampai akhir nanti
Ia selalu setia ‘tuk memberikan cahya-Nya bagi semua kehidupan.
kehidupan slalu mendambakan-Nya karena ia adalah harapan
ia tidak pernah pilih kasih ia selalu hadir bagi yang membutuhkannya
bahkan dalam kegelapan, ia masih membagi cahya-Nya pada rembulan
agar bisa memberikan kedamaian bagi siapa saja yang melihat-Nya
dan bulanpun tak segan menampakkan kesempurnaan-Nya
bagi yang mendamba kasih dan cinta yang mulia
kasih…..
hidup yang telah ada,
banyak memberi makna bagi kesempurnaan-Nya
hingga kadang kita terlena dalam bayang-bayang maya
kita kadang terlalu cepat ‘tuk mengambil sebuah putusan
yang seharusnya tak kita lakukan
maka, nikmatilah hidup…..rasakanlah gerakan dan arusnya yang terus
mengalir. Jangan kau terlalu merindu-dendam terhadap apapun
kerna, perasaan yang terlampau kuat sering kali membelenggu kerja akal
percayalah…
hingga kadang kita terlena dalam bayang-bayang maya
kita kadang terlalu cepat ‘tuk mengambil sebuah putusan
yang seharusnya tak kita lakukan
maka, nikmatilah hidup…..rasakanlah gerakan dan arusnya yang terus
mengalir. Jangan kau terlalu merindu-dendam terhadap apapun
kerna, perasaan yang terlampau kuat sering kali membelenggu kerja akal
percayalah…
19. TAK PERNAH KENAL PUTUS ASA
tak lagi ada kekuatan kata
yang mampu ciptakan dunia
bila ramai gemuruh tanpa hatinurani
saat pemimpin bersantap steak impor
di resto-hotel bintang lima
kami rakyat jelata kencangkan kolor
jangankan menjilat liur
bahkan kami tak lagi tahu besok makan apa!
yang mampu ciptakan dunia
bila ramai gemuruh tanpa hatinurani
saat pemimpin bersantap steak impor
di resto-hotel bintang lima
kami rakyat jelata kencangkan kolor
jangankan menjilat liur
bahkan kami tak lagi tahu besok makan apa!
tiada lagi hati nurani
bila korupsi kauteladankan sehari-hari
bila korupsi kauteladankan sehari-hari
kami rakyat tak kenal putus asa
meski badai derita kami alami
kami tak pernah kenal putus asa
mari! kita jaga hati nurani
biar Tuhan mengampuni
20. A vs a
namaku : a
umurku dua, tujuh
aku selalu tergiur
pada setiap kemungkinan,
dulu
aku selalu terbentur
pada segala ketidakmungkinan,
sekarang
ah,
aku seekor teri,
yang terpisah dari rombongan
merasakan beratnya,
berenang sendiri
umurku dua, tujuh
aku selalu tergiur
pada setiap kemungkinan,
dulu
aku selalu terbentur
pada segala ketidakmungkinan,
sekarang
ah,
aku seekor teri,
yang terpisah dari rombongan
merasakan beratnya,
berenang sendiri
A (besar)
lalu KAU katakan,
KAU maha penyayang
lalu KAU katakan,
KAU maha pemurah
lalu KAU katakan,
KAU maha kuasa
lalu KAU katakan,
Kau lah segalanya
lalu …..SeBeNtArR!!!!
lalu (lirih) ku berkata
lalu “….MENGAPA……?”
lalu (diam) kubertanya
lalu KAU membisu,KAU maha penyayang
lalu KAU katakan,
KAU maha pemurah
lalu KAU katakan,
KAU maha kuasa
lalu KAU katakan,
Kau lah segalanya
lalu …..SeBeNtArR!!!!
lalu (lirih) ku berkata
lalu “….MENGAPA……?”
lalu (diam) kubertanya
………..padaku,
0 comments: