Thursday, 26 October 2017

Kumpulan Puisi Galau Terbaru Tentang Kegalauan Hati

Puisi Galau - Saat kegalauan menghampiri hati kita entah itu disebabkan oleh seseorang maupun rasa sedih lainnya yang membuat kita harus memikirkan sesuatu yang entah sadar atau tidak semua itu jelas kita rasakan dan terkadang sangat sulit untuk keluar dari zona galau tersebut. Tentu semua itu karena perasaan cinta yang ada pada diri kita.

Beruntung sekali kita masih diberikan perasaan galau, bayangkan saja jika kita tidak diberi perasaan perasaan seperti saat ini kita merasa galau pasti semua itu monoton dan biasa biasa saja karena perasaan galau yang kita rasakan sendiri itu merupakan suatu bentuk perasaan atau cinta kita dan kepedulian kita terhadap sesuatu atau seseorang. Baiklah langsung pada inti postingan kali ini saja dan sepertinya puisi puisi galau di bawah ini mungkin akan sedikit membantu anda dalam mengutarakan kegalauan anda atau dapat menjadi puisi yang di dalamnya terdapat kata kata yang mewakili perasaan anda saat ini.

Puisi Galau Tentang Kenangan Masa Lalu



Memunguti Kenangan

Tak ada sapa
Hanya praduga selalu bersemayam
Di dalam kepala dan dada.

Inginmu jadi deritaku
Saat pergi kau anggap semua itu usai

Sementara itu
Setiap pagi kau selalu memunguti
Kenangan-kenangan berantai

Kumpulan Puisi Galau Terbaru Tentang Kegalauan Hati

Puisi Galau Tentang Cinta



Cinta Semu

Selayaknya cinta nan berpagut
Tak pantas kau terus terperangkap dalam bimbang yang bergelayut

Perjuanganku telah usai
Saat kau anggap semuanya selesai

Untuk hatimu
Untuk cinta semu
Yang dulu pernah aku yakini bahwa semua itu
Akan berakhir indah tanpa pilu


Pijar

Kau pergi saat hati kian meyakini
Bahwa dipertemukan denganmu adalah takdir Illahi

Tapi kini..

Aku semakin sadar tanpa gentar
Bahwa aku telah benar
Bahwa aku akan semakin berpijar

Asa gelap memancarkan kemilap cahayaku
Lorong lorong hati akan terisi
Oleh cinta yang lebih menghargai.


Menggantung Bagai Mendung

Pikiranku menggantung
Bagai mendung
Sedangkan rindu ini ialah petir
Yang semakin terasa getir

Kedewasaan kita kah
Atau takdir kah

Yang sengaja
Mengajak kita
Untuk sesaat berteduh dari lara


Puisi Galau Tentang Seseorang



Apa Kabar?

Dua kata saat malam purnama
Sudah cukup membuatku gembira
Meski harus membuka luka lama.

Meski tanyamu adalah luka
Tapi apa daya hati ini hanyalah sumber
Dari segala asa dan rasa.


Apatis

Apa yang harus aku tulis
Sedangkan kisahku semakin berubah menjadi apatis

Sudaikah kau untuk ada
Sekalipun itu adalah duka?

Kenapa kita dipertemukan
Jika hanya untuk saling berpamitan?

Adakah kebersamaan yang abadi?
Adakah sepi yang tak mengundang pergi?


Aku Memilih Diam

Oleh : Gibran.

Biarkanlah aku memenjarakan semua ini.
Mengisahkannya lewat sebuah pena.
Memang pahit.
Bahkan sakit.
Memendam sebuah rasa.
Rasa yang ku sebut itu cinta.

Aku memilih diam seribu bahasa.
Karena aku tidak tahu harus berbuat apa.
Cinta . . .
Aku tidak ingin mengungkapkannya.

Aku tahu itu menyedihkan.
Tetapi . . .
Lebih menyedihkan jika engkau mengetahuinya.
Dan perlahan kau menjauhiku.
Karena sebuah rasa cinta.
Yang tak seharusnya ada.


Itulah beberapa contoh puisi galau yang dapat kami contohkan untuk anda, puisi tersebut adalah karya salah satu admin kami dimana puisi tersebut dapat anda gunakan dengan keperluan yang sewajarnya dan dipersilahkan secara bebas untuk mengambil beberapa bagian dari puisi tersebut dengan penggunaan yang sewajarnya pula.

Dan jangan lupa bagi anda yang ingin membaca karya karya lain tentang puisi galau dapat anda temukan pada postingan postingan yang sudah bertebaran di beranda kami dan akan sangat berterima kasihnya kami jika anda ikut berperan dalam mengirimkan karya puisi anda kepada kami untuk dapat di baca oleh sahabat online satubahasa. Terima kasih atas ketersediaan waktunya untuk membaca kumpulan puisi ini dan semoga bermanfaat bagi anda. Salam satu bahasa!

SHARE THIS

Author:

Etiam at libero iaculis, mollis justo non, blandit augue. Vestibulum sit amet sodales est, a lacinia ex. Suspendisse vel enim sagittis, volutpat sem eget, condimentum sem.

0 comments: