Wednesday, 18 October 2017

Kumpulan Puisi Keadilan Tentang Penegakan Keadilan

Puisi Keadilan – dalam hidup di masa-masa sekarang ini kita tentu merasakan berbagai hal termasuk sikap dan dampak adil yang terjadi dalam hidup berbangsa dan bernegara. Ada juga yang merasa bahwa keadilan pula lah yang harus ada dalam kehidupan kita sendiri namun tidak pernah memikirkan keadilan bagi lainnya. Tentu hal ini sangat kita kecewakan melihat betapa keadilan adalah salah satu harga tak ternilai bagi sebuah kehidupan.

Ngomongin tentang keadilan tentu terkadang kita ingin mengungkapkan atau meneriakan hal –hal yang bersifat ketidak adilan terhadap sesuatu yang kita jumpai atau kita alami dan rasakan, terkadang hal ini pula lah yang memicu kita untuk menuliskan puisi tentang keadilan. Hal ini sangat efektif mengingat karya sastra memang harus dibumbui dengan sesuatu yang kritis demi adanya kesadaran bagi para pembacanya apalagi puisi yang notabene nya adalah karya sastra paling utama dalam dunia sastra mengingat betapa banyak arti yang dapat kita ungkapkan di dalamnya. Nah untuk itu satubahasa pun mempunyai beberapa karya puisi tentang keadilan yang semoga saja anda dapat mengerti arti dari puisi puisi di bawah ini.

Kumpulan Puisi Keadilan

Aku Tulis Pamflet Ini

Karya : W.S Rendra.

Aku tulis pamflet ini
Karena lembaga pendapat umum
Ditutupi jaring labah-labah.
Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk,
Dan ungkapan diri ditekan
Menjadi peng-iya-an.

Apa yang terpegang hari ini
Bisa luput besok pagi.
Ketidakpastian merajalela.
Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki,
Menjadi marabahaya,
Menjadi isi kebon binatang.

Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi,
Maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam.
Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan.
Tidak mengandung perdebatan.
Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan.

Aku tulis pamflet ini
Karena pamflet bukan tabu bagi penyair.
Aku inginkan merpati pos.
Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku.
Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian.

Aku tidak melihat alasan
Kenapa harus diam tertekan dan termangu.
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar.
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju.

Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan.
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.

Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api.
Rembulan memberi mimpi pada dendam.
Gelombang angin menyingkirkan keluh kesah
Yang teronggok bagai sampah.
Kegamangan. Kecurigaan.
Ketakutan.
Kelesuan.

Aku tulis pamflet ini
Karena kawan dan lawan adalah saudara.
Di dalam alam masih ada cahaya.
Matahari yang tenggelam diganti rembulan.
Lalu besok pagi pasti terbit kembali.
Dan di dalam air lumpur kehidupan,
Aku melihat bagai terkaca: ternyata kita, toh, manusia!

Pejambon, Jakarta, 27 April 1978
Kumpulan Puisi Keadilan Tentang Penegakan Keadilan
Kumpulan Puisi Keadilan Tentang Penegakan Keadilan

SOAL KEMISKINAN

Karya : A. Mustofa Bisri (Gus Mus)

Jika di kampus dan balai desa dirasa pengap
Di pesantren dan seminari terlalu senyap
Di gardu dan warung kopi tentu tak sedap
Sedang orang-orang DPR belum siap

Biar sangkil dan mangkus
Sehat, canggih, dan terfokus
Marilah kita bicarakan soal kemiskinan ini
Sambil bermain golf dengan serius

Atau agar khusuk dan tenang
Kita seminarkan saja di hotel berbintang
Para pakar dan pengusaha kita undang
Syukur jika para bintang juga datang

Supaya upaya dan diskusi kita tak sia-sia
Karena soal kemiskinan ini ruwet luar biasa
Jangan lupa kita datangkan ulama untuk berdoa
Mengemis kekayaan dari hadirat-Nya.

Tapi sayangnya,
Ulama pun sudah banyak yang lupa alamat-Nya.

Mantan Rakyat

Karya : A. Mustofa Bisri (Gus Mus)

Mantan rakyat bertemu rakyat
Berbicara atas nama rakyat demi rakyat
Dan rakyat pun saling bertanya
Apakah dia pernah jadi rakyat?

Tentang Suara

Karya : A. Mustofa Bisri (Gus Mus)

Di sini,
Kau bisa mendengar suara-suara
Hingga sunyi. Di malam hari.

Di sini,
Kau bisa tidak mendengar suara-suara
Hingga nyanyi. Di dada sendiri.

Di sini,
Suara-suara bisa sangat berharga
Hingga dibeli. Sekali-sekali.

Di sini,
Suara-suara bisa sangat murka
Hingga dikebiri. Setiap hari.

Di sini,
Suara-suara dibungkam kapan saja
Hingga mimpi. Menjadi opini.

Di sini,
Kau bisa mendengar suaraku apa adanya
Hingga geli. Tentang diri sendiri.

Negeri Kekeluargaan

Karya : A. Mustofa Bisri (Gus Mus)

Meski kalian tidak bersaksi
Sejarah pasti akan mencatat dengan huruf-huruf besar
Bukan karena inilah
Negeri bagai zamrud yang amat indah
Bukan karena inilah
Negeri dengan kekayaan melimpah
Dan rakyat paling ramah
Tapi karena kalian telah membuatnya
Menjadi negeri paling unik di dunia
Kalian buat norma-norma sendiri yang unik
Aturan-aturan sendiri yang unik
Perilaku-perilaku sosial sendiri yang unik
Budaya yang lain dari yang lain

Kalian buat bangsa negeri ini
Tampil beda dari bangsa lain di muka bumi
Kehidupan penuh makna kekeluargaan
Yang harmonis, seragam, dan serasi
Dengan demokrasi keluarga
Yang manis, rukun dan damai
Dalam sistem negeri kekeluargaan
Bapak sebagai kepala rumahtangga
Memimpin dan mengatur segalanya
Sampai akhir hayatnya
Begi kepentingan keluarganya
Kepentingan keluarga adalah kepentingan semua
Kepentingan keluarga adalah kepentingan bangsa dan negara

Keluarga harus sejahtera
Dan semua harus mensejahterakan keluarga
Demi kesejahteraan dan kemakmuran keluarga
Kepala keluarga berhak menentukan
Siapa-siapa termasuk keluarga
Berhak memutuskan dan membatalkan keputusan
Berhak mengatasnamakan siapa saja
Berhak mengumumkan dan menyembunyikan apa saja
Kepala keluarga demi keluarga
Berhak atas laut dan udara
Berhak atas air dan tanah
Berhak atas sawah dan ladang
Berhak atas hutan dan binatang.

Sejarah pasati akan menulis dengan huruf-huruf besar
Bahwa di suatu kurun waktu yang cukup lama
Pernah ada negeri kekeluargaan
Yang sukses membina dan mempertahankan
Kemakmuran dan kebahagiaan keluarga.

Rintihan Air Mata

Karya : Yovi Airullah, Pontianak.
Engkau menangis tresedu-sedu
Orang disekelilingmu hanya melihat saja
Engkau berharap ada seseorang yang menghampiri
Tetesan air mata yang mengalir dari mata kepipimu

Engkau menangis tersedu-sedu dan merintih
Dibalik kolong jembatan kau berteduh
Menahan lapar sepanjang hari
Berjalan pelan setapak demi setapak
Tetesan air mata yang merintih

Itulah sekumpulan puisi tentang keadailan yang dapat kami contohkan kepada anda, semoga dengan adanya kumpulan puisi keadilan ini dapat memberi rasa kemanusiaan kita lebih peka dari segala yang mencampurinya karena mengingat roda zaman semakin memaksa kita untuk lebih berupaya sesukanya tanpa melihat dari segi baik dan buruknya. Anda juga dapat membaca puisi karya lain tentang keadilan pada update an puisi terbaru kami karena banyak juga yang mengirimkan puisi kepada kami yang bertema tentang keadilan.

SHARE THIS

Author:

Etiam at libero iaculis, mollis justo non, blandit augue. Vestibulum sit amet sodales est, a lacinia ex. Suspendisse vel enim sagittis, volutpat sem eget, condimentum sem.

0 comments: